Sejarah Restoran Talaga Sampireun Setelah menghabiskan satu tahun daftar sbobet terkurung di rumah mereka dengan karantina dan penutupan pandemi, penduduk kota-kota besar di Indonesia merindukan pengalaman luar ruangan.

Restoran telah beradaptasi dari sekadar tempat makan menjadi tempat pelarian domestik karena ketidakmampuan bepergian ke luar negeri. Dirancang oleh Seniman Ruang, Talaga Sampireun bertujuan untuk menawarkan pengalaman bersantap outdoor yang alami dengan citra baru kehidupan pedesaan Indonesia, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya.

Proyek ini berlokasi di kota Bekasi yang memiliki penduduk padat penduduk keluarga dan pekerja industri. Proyek ambisius ini melibatkan transformasi 10.000 meter persegi lahan kosong menjadi pengalaman kuliner seperti resor dengan banyak bangunan terpisah seperti bangunan masuk, ruang makan utama, ruang makan VIP eksklusif, dan ruang makan pribadi terapung yang dikenal sebagai Saung, semuanya terletak di dalam sebuah lingkungan lanskap yang indah terdiri dari tanaman hijau, danau buatan, taman pertanian, dan taman bermain.

Danau ini dibangun untuk mendinginkan kondisi panas dan gersang dan sebagai reservoir besar untuk pemanenan air hujan, yang secara otomatis dapat menyirami tanaman. Dikelilingi oleh 17 ruang makan terapung yang disebut Saung (gubuk khas Sunda, biasanya dibangun sebagai tempat peristirahatan bagi petani setempat), danau ini menjadi daya tarik utama dan habitat baru yang secara alami membiakkan ikan yang dapat dimakan untuk pelanggan dan pekerja.

Idenya adalah untuk mengatasi berbagai kondisi situs dengan menerapkan arsitektur vernakular Indonesia. Semua bangunan dirancang untuk memungkinkan ventilasi silang alami, yang meminimalkan ketergantungan pada AC. Hamparan atap yang luas, terinspirasi dari bentuk daun pohon pisang, memberikan keteduhan ruangan dari panas dan hujan tropis yang lebat. Bahan dipilih dengan cermat untuk penganggaran yang efisien sambil memastikan keabadian desain.

Memadukan desain dan keberlanjutan, Talaga Sampireun menggabungkan bahan struktural lokal yang ramah lingkungan di samping struktur baja modern. Kayu kelapa Sulawesi yang tidak umum digunakan di tempat asalnya dan dijual dengan harga yang sangat murah, sebagian besar digunakan sebagai struktur, lantai, dan dinding Saung.

Selain terjangkau, kaku, mudah tumbuh dan mudah diakses, mereka juga menua dengan indah – semakin tua kayunya, semakin besar serat kayunya, dan semakin eksotis. Lantai ditinggikan untuk menghindari hama umum seperti rayap, dan langit-langit terbuka untuk menampilkan konstruksi sirap kayu dan meminimalkan anggaran; desain ini memungkinkan aliran udara di bawah dan di atas gedung, mendorong pendinginan pasif di seluruh gedung.